Melirik masalah ekonomi dan sosial di Kawasan Tanjung Priok.

Polres Kepulauan Seribu
0
*Maha Karya Anak Jalanan Tanjung Priok Untuk Masa Depan.

 Berbekal kemauan menjadi modal dasar anak jalanan yang berada di Tanjung Priok, setelah mengikuti pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mereka mampu menciptakan beranekaragam hasil daur ulang yang telah di pasarkan hingga luar negeri. Apa saja yang telah dilakukan anak-anak jalan tesebut? Berikut ulasan tim kelompok empat dalam kegiatan filtrip workshop media wilayah Kepulauan Seribu dan Jawa Barat.

KELOMPOK EMPAT, Jakarta.

Salah satu Anak jalanan yang ada di Yayasan Kumala
Koordinator Lapangan Yayasan Kumala, Saepudin menjelaskan, Yayasan Kreatif Usaha Mandiri Alami (KUMALA) yang berada di jalan berdikari no 06, Rawa Badak Utara, Jakarta Utara, selalu berkosentrasi pada isu-isu pembangunan ekonomi masyarakat. Termasuk didalamnya adalah program pembangunan pendidikan berbasis kompetensi keiwirausahaan yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat, guna mencapai kesejahteraan.

Yayasan Kumala ini di dirikan sejak tahun 2002, yang di pimpin oleh Dindin Komarudin. Salah satu kegiatan yang dilakukan yayasan ini adalah pembinaan dan pemberdayaan anak, remaja dan pemuda jalanan yang selama ini hidup di kawasan sepanjang Tanjung Priok. “Awalnya, hanya ada empat orang anak didik, tapi sampai saat ini sudah mencapai 15 orang yang selalu ada di tempat ini,” katanya saat ditemui di Yayasan setempat. (21/12).

Saepudin menjelaskan, sejak Tahun 2011, PHE ONWJ melakukan kerjasama dengan Yayasan Kumala. Pada saat itu, PHE ONWJ selalu memberikan limbah kertas yang dikirim secara rutin setiap dua minggu sekali, limbah tersebut dimanfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan tangan. Selain itu, PHE ONWJ juga mengirimkan limbah palet kayu untuk membuat berbagai kerajinan yang bisa digunakan.

Produksi yang dilakukan anak-anak saat ini diantaranya, produksi kertas seni daur ulang, handycraft, bubut kayu, konveksi tas, pembuatan kompos, digital printing. “Namun, pertama yang dihasilkan adalah Tas (shoping bag),” tuturnya, sambil memperlihatkan hasil produksi anak-anak tersebut.


Saepudin mengakui, keuntungan yang diperoleh saat ini bisa mencapai Rp. 5 juta perbulan. “Alhamdullilah, dengan adanya hasil tersebut bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang berada di Yayasan ini,” pungkasnya.
 
Salah Satu Kerajinan yang dihasilkan Yayasan Kumala
Masih kata Saepudin, hasil karya kerjajinan sudah dipasarkan hingga luar negeri tepatnya, di Singapore. Produksi tersebut berupa Shoping bag yang dipromosikan melalui sejumlah perusahaan yang berkerjasama dengan Yayasan Kumala ini. “Sebetulnya kami siap untuk menerima order dari masyarakat. Namun saat ini kami masih mengalami keterbatasan bahan produksi,” ucapnya.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)