Polreskepulauanseribu.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise meluncurkan desa perempuan
inovatif di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (27/5). Desa-desa tersebut
melibatkan perempuan dalam menjaga kesinambungan alam, meningkatkan
ekonomi, dan pendidikan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Yohana Yembise, Kepala Pusat Studi Wanita dan Perlindungan Anak UNJ
Nurjannah, Rektor UNJ Djaali, pendiri PT Martina Bertho Martha Tilaar,
dan Kepala Pusat Penelitian UNJ Ucu Cahyana meluncurkan desa perempuan
inovatif, di Jakarta, Rabu (18/5). Desa itu diharapkan bisa
memberdayakan peranan perempuan dalam melestarikan lingkungan,
meningkatkan pendidikan, dan ekonomi.
Ada
tiga desa perempuan inovatif yang diresmikan. Semuanya berada di
Kepulauan Seribu, yaitu di Pulau Tidung, Pulau Pramuka, dan Pulau
Harapan. Ketiga desa dipilih dari sekitar 50 desa bahari se-Indonesia
yang menjadi lahan penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Jakarta (UNJ) selama tiga tahun.
"Kami sengaja memilih Kepulauan
Seribu karena masuk wilayah DKI Jakarta. Namun, kondisi masyarakatnya
masih di bawah standar," Kata Kepala Pusat Studi Wanita dan Perlindungan
Anak UNJ Nurjannah.
Fokus pemberdayaan perempuan di ketiga desa
tersebut adalah dalam hal pelestarian lingkungan, pendidikan anak,
pariwisata, dan ekonomi kreatif. Alasannya, Kepulauan Seribu merupakan
daerah tujuan wisata yang potensial. Apabila tidak dipersiapkan dengan
baik, masyarakat setempat berisiko mengalami perubahan drastis, bahkan
bisa pula tersingkir dari tanah kelahiran mereka.
Salah satu upaya
mempersiapkan Kepulauan Seribu sebagai tujuan wisata adalah
memberdayakan perempuan dalam proses pelestarian hutan bakau, pengolahan
budidaya laut, serta pengelolaan usaha mikro, kecil, dan menengah.
"Metode pemberdayaan disesuaikan dengan keadaan dan adat istiadat
setempat," ujar Nurjannah.
Konkret
Nurjannah
memaparkan, program desa perempuan inovatif merupakan langkah konkret
dalam menerapkan hasil penelitian para dosen dan mahasiswa UNJ. Mereka
tidak ingin hasil-hasil tersebut sekadar menjadi makalah ilmiah yang
tersimpan di perpustakaan.
"Lembaga lain, seperti kementerian dan
perusahaan, tidak akan mau membantu apabila konsep dan langkah
penerapannya tidak jelas," ujar Nurjannah. Oleh sebab itu, keberadaan
desa perempuan inovatif juga berfungsi sebagai contoh program
pemberdayaan perempuan yang nyata. Ketiga desa tersebut kini bermitra
dengan PT Martina Berto Tbk.
Dalam prosesnya, pemberdayaan
perempuan berlangsung tiga tahap. Pertama, memberi pemahaman cinta
lingkungan dan kesadaran budaya. Kedua, memberi pelatihan ekonomi.
Ketiga, melakukan pembinaan agar program-program yang ada terus berjalan
meskipun para peneliti dari UNJ tidak lagi berada di sana. Untuk itu,
diperlukan kerja sama dengan perusahaan swasta yang bisa bertindak
sebagai mentor dan memanfaatkan potensi masyarakat setempat untuk
bekerja sama secara profesional.
"Kemitraan tersebut penting
karena bisa optimal dalam mendidik, melatih, dan meningkatkan daya saing
perempuan di masyarakat," kata Yohana Susana Yembise dalam sambutannya.
Ia menambahkan, agar perempuan bisa mengembangkan potensi, diperlukan
lingkungan yang kondusif agar bisa mendukung produktivitas mereka.
(Humas Res KS)