Bintaraku Cacat Karena Mereka Berani

Polres Kepulauan Seribu
0

Data Mabes Polri menunjukkan 90 persen anggota Polri yang mengalami cacat tubuh permanen adalah bintara. Risiko yang tinggi itu diambil oleh seluruh anggota Polri demi mengabdi kepada masyarakat. Padahal, perbaikan karir mereka tidaklah mudah.

Namun, bagaimana jadinya jika mereka mengalami cacat permanen? Para bintara itu tetap bertugas meski cacat. Bahkan, seorang anggota Polwiltabes Bandung, Bripka Teguh Wirakusuma tetap mengizinkan putra-putrinya menjadi polisi meski kaki kirinya harus diamputasi. Kedua kakinya diamputasi setelah menghentikan pelanggar lalu lintas. Dia tak mengira sang pelanggar tancap gas. Kemudian, tiba-tiba ada mobil yang menabraknya dari belakang.

"Dia menjawab mangga sok atuh (silakan)," kata MC acara itu, Tantowi Yahya, ketika membacakan profilnya dalam Perayaan HUT Bhayangkara ke 63 di Mabes Polri, Rabu (1/7).

Sementara, Brika Eko Hari Cahyana, harus merelakan wajahnya rusak seumur hidup karena tertembak peluru di rahang kiri tembus sampai pipi kiri, dua centimeter dari otak dan mata kiri. Kejadiaan mengenaskan itu terjadi saat ia bertugas di Aceh dan melakukan pengejaran terhadap panglima Gerakan Aceh Merdeka.

Nasib tragis juga harus dialami oleh Bripka Tholib, seorang anggota Brimob Kelapa Dua. Sebuah bom yang ditemukan di Aceh Barat meledak saat akan dipelajarinya. Akibatnya telapak tangan kirinya harus diamputasi. Selain itu, dia juga harus kehilangan jabang bayinya yang masih berada di kandungan istrinya. Istrinya mengalami syok berat karena peristiwa itu. Tholib mengalami depresi berat dan harus mendapatkan perawatan. Sekarang, dia sudah dapat bersosialisasi di lingkungan kerjanya.

Demikian pula dengan Bripka Zakaria yang menjadi anggota Bareskrim Polda Metro Jaya. Ia tetap bertugas melakukan pengejaran terhadap tersangka teroris, perampok ATM, dan pembunuh mayat dalam koper, meski tiga peluru masih bersarang di lengan kirinya. Sebelumnya, 11 peluru bersarang di tubuhnya saat terjadi tembak-menembak dalam pengejaran terhadap perampok ATM.

Seorang anggota Polda DIY, Suratijo, terpaksa menggunakan kursi roda seumur hidup karena lumpuh permanen. Kelumpuhannya disebabkan peluru yang menembus tulang belakang dan merobek paru-paru kirinya. Untungnya, peluru itu berhenti tepat di dinding jantung.
Demikian pula dengan Briptu Musripan. Ia tetap bekerja setelah bangkit dari komanya. Dia koma selama sebulan karena menolong seorang kakek berusia 67 tahun. Saat pulang dari bertugas, dia melewati rumah terbakar. Ada orang berteriak dari dalam, tapi orang-orang yang ada di sana hanya menonton.

Musripan menerobos kobaran api dan keluar membopong seorang kakek berusia 67 tahun. Sang kakek berkata anaknya masih di dalam. Api membesar, tetapi bripka itu tetap masuk ke rumah. Bangunan yang rapuh itu pun roboh menimpa kepala, punggung, dan kakinya. Dengan sisa tenaganya Musripan membopong sang anak ke luar rumah. "Saat itu, ada kabel yang menjuntai akibat kebakaran. Kabel itu menyetrum punggungnya. Dia koma satu bulan di ICU," terang Tantowi.

Kisah para bintara berani ini jarang terungkap di publik. Mereka mengabdikan dirinya secara total sebagai pengayom masyarakat. Bintaraku cacat karena mereka berani. Selamat ulang tahun bintaraku. (Sumber)
Tags

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)